MATA KULIAH PENDIDIKAN IPS
PENGORGANISASIAN MATERI IPS DALAM
KURIKULUM SD DAN PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN IPS
RESUME
Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah
Pendidikan IPS yang Diampu oleh
Ibu Dra. Rahayu, M.Pd
Oleh
Kelompok 4
Siti
Humaira (150210204010)
Nurliana
Mawaddah (150210204015)
Tika
Triyana (150210204030)
N. Lailatul
Nadhifatul Uyun (150210204040)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
A.
Pengoranisasian Materi IPS Dalam Kurikulum SD
Pengorganisasian
Pembelajaran adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus
menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning) sehingga
organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon
beragam perubahan yang muncul. Pedler, Boydell dan Burgoyne mendefinisikan
bahwa organisasi pembelajaran adalah “Sebuah organisasi yang memfasilitasi
pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus mentransformasikan
diri”. Menurut Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
“suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan pengembangan
keterampilan dan pengetahuan serta aplikasinya”. Menurut Sandra Kerka (1995)
yang paling konseptual dari learning organization adalah asumsi bahwa ‘belajar
itu penting’, berkelanjutan, dan lebih efektif ketika dibagikan dan bahwa
setiap pengalaman adalah suatu kesempatan untuk belajar.
1.
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulun satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar
dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum
yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
berikut.
a.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut,
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kenutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b.
Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta
pendidikan tanpa membedakan agama, suku, budaya, dan adat istiadat, serta
status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan
wajib kurikulum, muatan lokal, pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena
itu, semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d.
Relevan dengan kebtuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakuakan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stake holders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha, dan dunia kerja.oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.
e.
Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f.
Belajar sepanjang hari
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,
non-formal, dan informal, dengan mempertimbangkan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g.
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka NKRI.
2.
Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum disetiap satuan
pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan
kurikulum dilaksanakan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini, peserta
didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh
kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis, dan
menyenangkan.
b.
Kurikulum
dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
1.
Belajar untuk
neriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.
Belajar untuk
memahami dan menghayati
3.
Belajar untuk
mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
4.
Belajar untuk
hidup bersama dan berguna bagi orang lain
5.
Untuk membangun
dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan
c.
Pelaksanaan
kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatiakn keterpanduan
pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan moral.
d.
Kurikulum
dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa, Ing Ngarsa
Sung Tulada (dibelakang memberikan daya dan kekuatan,di tengah membangun
semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
e.
Kurikulum
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber
belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar, dengan prinsip alam
takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di
masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan
sumber belajar, contoh dan teladan).
f.
Kurikulum
dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan
kajian secara optimal.
g.
Kurikulum yang
mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan mamadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
3.
Struktur Kurikulum SD/MI
Struktur
kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6.
Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan kompetensi lulusan dan standar
kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai beikut.
a.
Kurikulum SD/MI
Dalam kurikulum SD/Mi memuat 8 mata
pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengambangkan
kompetensi yang sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang
ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
bakat, dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi atau dibimbing oleh konselor, guru, tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pengembangan karier peserta didik.
1.
Substansi mata
pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.
2.
Pembelajaran
pada kelas 1 samapai dengan kelas 3 dilaksanakan melalui pendekatan tematik,
sedangakan pada kelas 4 sampai dengan kelas 6 dilaksanakan melalui pendekatan
mata pelajaran.
3.
Jam pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur
kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 jam pembelajaran
per minggu secara keseluruhan.
4.
Alokasi waktu
satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
5.
Minggu efektif
dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34-38 minggu.
4.
Kurikulum SD Tahun 2006
Untuk
jenjang SD
/ MI,
pengorganisasian materi mata pelajaran IPS menganut pendekatan terpadu (integrated), artinya materi pelajaran dikembangkan dan disusun tidak mengacu pada
disiplin ilmu yang terpisah melainkan mengacu pada aspek kehidupan nyata (factual / real) peserta didik sesuai dengan karakteristik usia, tingkat
perkembangan berpikir, dan kebiasaan bersikap dan berperilakunya. Dalam dokumen
permendiknas (2006) dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang
SD / MI mata pelajaran IPS di SD belum mencakup dan mengakomodasi seluruh
disiplin ilmu sosial. Namun, ada ketentuan bahwa melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Arah mata pelajaran IPS
ini dilatar belakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan
datang peserta didik akan menghadapi perubahan setiap saat. Oleh karena itu,
mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
Tujuan
mata pelajaran IPS ditetapkan sebagai berikut.
1.
Mengenal
konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2.
Memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3.
Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4.
Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Untuk mencapai tujuan
di atas, maka Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk SD / MI
dikembangkan sebagai berikut.
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1.
Memahami
identitas diri dan keluarga, serta sikap saling menghormati dalam kemajemukan
keluarga.
|
1.1
Mengindentifikasi
identitas diri, keluarga, dan kerabat.
1.2
Menceritakan
pengalaman diri.
1.3
Menceritakan
kasih sayang antar anggota keluarga.
1.4
Menunjukkan
sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.
|
Kelas I, Semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
2.
Mendiskripsikan
lingkungan rumah.
|
2.1
Menceritakan
kembali peristiwa penting yang dialami sendiri di lingkungan keluarga.
2.2
Mendiskripsikan
letak rumah.
2.3
Menjelaskan
lingkungan rumah sehat dan perilaku dalam menjaga kebersihan rumah.
|
Kelas II, Semester 1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
|
1.1 Memelihara dokumen dan koleksi benda
berharga miliknya.
1.2
Memanfaatkan
dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita.
1.3
Menceritakan peristiwa
penting dalam keluarga secara kronologis.
|
Kelas II, Semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
|
2.1 Mendeskripsikan kedudukan dan peran
anggota keluarga.
2.2 Menceritakan pengalamannya dalam
melaksanakan peran dalam anggota keluarga.
2.3 Memberi contoh bentuk-bentuk kerja
sama di lingkungan tetangga.
|
Kelas III, Semester 1
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
|
1.1
Menceritakan
lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dan sekolah.
1.2
Memelihara
lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah.
1.3
Membuat denah
dan peta lingkungan rumah dan sekolah.
1.4
Melakukan
kerja sama di lingkungan rumah, sekolah, dan kelurahan / desa.
|
Kelas III, Semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
|
2.1
Mengenal
jenis-jenis pekerjaan.
2.2
Memahami
pentingnya semangat kerja.
2.3
Memahami
kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah.
2.4
Mengenal
sejarah uang.
2.5
Mengenal
penggunaan uang sesuai dengan kebutuhan.
|
Kelas IV, Semester 1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
|
1.1
Membaca peta
lingkungan setempat (kabupaten / kota, provinsi ) dengan menggunakan skala
sederhana.
1.2
Mendeskripsikan
kenampakan alam di lingkungan kabupaten / kota dan provinsi serta hubungannya
dengan keragaman sosial dan budaya.
1.3
Menunjukkan
jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan
ekonomi di lingkungan setempat.
1.4
Menghargai
keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten / kota, provinsi) dan
menjaga kelestariannya.
1.5
Meneladani
kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh di lingkungannya.
|
Kelas IV, Semester 2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
|
2.1
Mengenal
aktivitas ekonomi yang berkaitan dngan sumber daya alam dan potensi lain di
daerahnya.
2.2
Mengenal
pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2.3
Mengenal
perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta
pengalaman menggunakannya.
2.4
Mengenal
permasalahan sosial di daerahnya.
|
Kelas V, Semester 1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
|
1.1
Mengenal makna
peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha
dan Islam di Indonesia.
1.2
Menceritakan
tokoh-tokoh sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.
1.3
Mengenal
keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di
Indonesia dengan menggunakan peta / atlas / globe dan media lainnya.
1.4
Mengenal
jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.
|
Kelas V,
Semester 2
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
|
1.1 Mendeskripsikan perjuangan
para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
1.2 Menghargai
jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
1.3 Menghargai
jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaana.
1.4 Menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
|
Kelas VI,
Semester 1
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1. Memahami perkembangan wilayah
Indonesia, kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara di Asia Tenggara,
serta benua-benua.
|
1.1 Mendeskripsikan
perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia.
1.2 Membandingkan
kenampakan alam dan keadaan sosial negara-negara tetangga.
1.3 Mengidentifikasi
benua-benua.
|
Kelas VI,
Semester 2
Standar
Komputensi
|
Kompetensi
Dasar
|
2. Memahami gejala alam yang
terjadi di Indonesia dan sekitarnya
3. Memahami peranan bangsa
Indonesia di era global
|
2.1 Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia
dan negara tetangga
2.2 Mengenal
cara-cara menghadapi bencana alam
3.1 Menjelaskan peranan Indonesia pada era global
dan dampak positif serta negatifnya terhadap kehidupan bangsa Indonesia
3.2 Mengenal manfaat ekspor dan impor di Indonesia
sebagai kegiatan ekonomi antar bangsa
|
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah
dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan
pembelajaran dan penilaian perlu memerhatikan Standar Proses dan Standar
Penilaian.
Kurikulum SD Tahun 2013
Muatan Ilmu Pengetahuan Sosial pada SD/MI/SDLB/PAKET A
Tingkat Kompetensi
|
Tingkat Kelas
|
Kompetensi
|
Ruang lingkup materi
|
2
|
IV
|
1. Menerima karunia Tuhan Yang Maha
Esa atas penciptaan waktu, manusia, dan lingkungannya
2. Menunjukkan perilaku sosial dan budaya
yang mencerminkan Jati diri bangsa Indonesia
3. Mengenal konsep ruang, waktu, dan
aktifitas manusia dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi
4. Menceritakan hasil eksplorasi mengenai
kehidupan bangsa Indonesia
|
Manusia, tempat, dan lingkungan
1.
Wilayah geografis tempat tinggal bangsa Indonesia
2.
Konektivitas dan interaksi sosial kehidupan bangsa di wilayah negara
Indonesia
Waktu, keberlanjutan, dan
perubahan
1. Perkembangan kehidupan bangsa
Indonesia dalam waktu sejak masa praaksara hingga masa Islam
Sistem sosial dan budaya
1. Kehidupan manusia dan kelembagaan
sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya masyarakat dan bangsa Indonesia
Perilaku ekonomi dan
Kesejahteraan
1.
Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia
|
3
|
V-VI
|
1.
Menerima karunia Tuhan Yang Maha Esa atas penciptaan manusia dalam
mengelola lingkungannya
2.
Menceritakan keberadaan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik
dalam masyarakat
3.
Menunjukkan perilaku sosial dan budaya yang mencerminkan jati diri
dirinya sebagai warganegara Indonesia
4.
Menjaga kelestarian lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggung
jawab
5.
Meneladani tindakan heroik pemimpin bangsa, dalam kehidupan sosial dan
budaya bangsa Indonesia
6.
Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa
|
Manusia, tempat, dan
lingkungan
1. Konektivitas antar ruang dan penanggulangan
permasalahan lingkungan hidup secara bijaksana dalam kehidupan bangsa
Indonesia
Waktu, keberlanjutan, dan
perubahan
1. Perkembangan kehidupan bangsa
Indonesia dari masa penjajahan, masa pergerakan kemerdekaan sampai awal Reformasi
dalam menegakkan dan membangun kehidupan berbangsa dan bernegara
Sistem sosial dan budaya
1. Norma, lembaga, dan politik dalam
kehidupan sosial dan budaya bangsa Indonesia
Perilaku ekonomi dan
Kesejahteraan
1.
Kehidupan perekonomian masyarakat dan negara Indonesia sebagai perwujudan
rasa nasionalisme
|
Terlihat perbedaan yang sangat menonjol dimana
kurikulum KTSP menitikberatkan pada pengembangan kompetensi dimensi
kognitif sedangkan kurikulum 2013 menitikberatkan pada pembentukan
karakter siswa, maka sistem penyajian mata pelajaran pada kurikulum 2013 secara
integratif, sehinggga semua jenis pelajaran
diintegrasikan dengan nilai-nilai moral agama, sosial dan pengetahuan.
B. PENGEMBANGAN
MATERI PEMBELAJARAN IPS SD
Materi pembelajaran IPS di sekolah
bersumber dari ilmu-ilmu sosial, dikembangkan dalam desain kurikulum tertentu
yang akan dipelajari oleh siswa. Materi kurikulum yang dikembangkan dari
disiplin ilmu-ilmu sosial dipilih berdasarkan keterkaitannya dengan tujuan yang
akan dicapai. Semakin kuat keterkaitannya semakin besar kemungkinan materi
tersebut akan dipilih sebagai materi kurikulum.
Pada saat memilih materi kurikulum
perlu dibekali suatu kerangka pikir dalam subtansinya masing-masing yaitu
substansi dari pandangan, tema, fenomena, fakta, peristiwa, prosedur, konsep,
generalisasi, dan teori. Menurut Hasan (1995: 124), setiap kali orang berbicara
mengenai kurikulum maka yang dimaksud
adalah hal yang berhubungan dengan pokok-pokok bahasan yang berisikan pandangan, tema, fenomena, fakta, konsep,
generalisasi, dan teori. Berikut akan di bahas beberapa materi substansi
materi kurikulum yang terkait dengan fakta, konsep, generalisasi, teori, dan
proses.
1.
Fakta
Fakta merupakan dasar bagi berkembangnya suatu ilmu.
Fakta menjadi bahan untuk menguji hipotesis, mengembangkan konsep,
generalisasi, dan teori. Tanpa fakta suatu disiplin ilmu tidak akan berkembang.
Fakta bukan sesuatu yang kasat mata. Lahirnya suatu fakta diperoleh dari hasil
mengumpulkan data dan informasi, selanjutnya diolah melalui prosedur tertentu
hingga melahirkan fakta. Dengan demikian, fakta tidak pernah tersedia begitu
saja di lapangan bahkan tidak juga dapat dikumpulkan langsung dari lapangan.
Data atau informasi yang diperoleh oleh sejumlah peneliti dengan latar belakang
keilmuannya akan
berbeda fakta yang akan didapatkannya. Dari suatu bencana semburan
Lumpur Lapindo di Jawa Timur, bagi seorang geograf (ahli geografi) akan
memperoleh fakta bahwa material lumpur yang disemburkan mengandung
unsur gas metana, debit aliran sekian
meter kubik per detik, dan lain-lain. Bagi
seorang sejarah akan mencatat bahwa akan banyak tersimpan fosil yang tertimbun dan
akan ditemukan di masa yang akan datang. Bagi seorang ahli ekonomi akan
berpikir, berapa kerugian yang diderita oleh masyarakat, dan seterusnya.
2.
Konsep
Konsep
adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat
(Hasan, 1995; 129). Kesamaan adalah adanya unsur-unsur yang sama, baik dalam
bentuk konkrit maupu dalam bentuk abstrak. Sedangkan keterhubungan diartikan
sebagai adanya hubungan antara berbagai benda atau sifat, baik yang sifatnya
konkret maupun yang sifatnya abstrak dan terjadi hanya atas dasar pemikiran abstrak tertentu pula.
Selanjutnya Hasan menyebutkan bahwa suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan
atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Atribut atau
gabungan dari beberapa atribut menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan
konsep lainnya. Misalnya konsep sungai, di dalamnya terdapat atribut panjang,
lebar, kedalaman, arah aliran, dan isi sungai. Dengan adanya atribut, konsep
sungaiberbeda dengan konsep parit atau selokan. Jumlah atribut dalam setiap
konsep berbeda-beda. Semakin banyak atribut yang dimiliki suatu konsep, semakin
sedikit benda atau sifat yang dapat menjadi anggotanya. Sebaliknya, semakins edikit
atribut yang melekat pada suatu konsep semakin banyak anggotanya. Misalnya,
Konsep “hewan”, maka semua makhluk hidup selain manusia dan tumbuhan dinamakan
hewan seperti gajah, ular, belalang, kambing, dan lain-lain. Tetapi jika
dimunculkan konsep “kambing” maka akan muncul atribut yang lebih banyak seperti
bentuk, makanan, bau, cara hidup, ekor, kaki, janggut, dan lain-lain.
Antar atribut dalam suatu konsep memiliki pola keterhubungan tertentu. Pola
keterhubungannya akan menentukan jenis konsep.
Dalam
disiplin ilmu-ilmu sosial dikenal adanya tiga jenis konsep sebagai
akibat dari pola keterhubungan
atribut-atributnya, yaitu konsep konjungtif, konsep disjungtif, dan konsep
relasional. Konsep konjungtif merupakan konsep paling rendah yaitu dengan
jumlah atribut yang banyak. Konsep ini mengarah pada benda atau sesuatu yang
spesifik dan mudah difahami. Contohnya konsep matahari, bulan, mesjid,
romadhon, idul fitri, dan lain-lain. Konsep disjungtif adalah konsep
dengan atribut yang terbatas sehingga banyak sekali anggotanya,seperti konsep
hewan, alat kantor, harta warisan,
pasar, gunung, dan lain-lain, sedangkan konsep relasional adalah konsep yang
atributnya berdasarkan kriteria abtrak dan
selalu dalam hubungan dengan kriteria tertentu (relasional) di luar konseplain
, seperti konsep interaksi, akulturasi, perubahan, dan lain-lain.
3.
Generalisasi
Generalisasi menggambarkan
keterhubungan antara dua atau lebih konsep danmerupakan hasil yang sudah teruji
secara empirik. Generalisasi diperoleh sebagai suatu kesimpulan yang bersifat
umum dari suatu penelitian yang menggunakan sampel. Atas dasar kebenaran yang
ditemukan dari sampel itu maka ditariklah kesimpulan mengenai kebenaran yang
sama terhadap polulasi.
4.
Teori
Teori adalah komposisi yang
dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi atau generalisasi yang dianggap
memiliki keterhubungan secara sistematis. Selain sistematis, keterhubungan
antara proposisi atau pun generalisasi tersebut sudah harus teruji kebenarannya
secara empiris dan dianggap berlaku universal. Kebenaran yang menjadi idaman
disiplin ilmu tercermin dalam kebenaran dan kekuatan teori yang dianutnya.
Goetz dan LeCompte (dalam Hasan, 1995; 126) membagi teori atas empat jenis
yaitu: grand theory (teori besar), theoritical models
(model teoritis), formal and middle-range theory (teori formal dan tingkat
menengah), substantive theory (teori substantif).
a. Teori besar adalah sistem yang secara ketat
mengkaitkan preposisi-preposisi dan konsep-konsep yang abstrak sehingga dapat
digunakan menguraikan, menjelaskan, dan memprediksi secara
komprehensif sejumlah fenomena besar secara non-probabilitas. Contoh teori
besar adalah teori challenge dan response yang dikembangkan oleh Toynbee.
b. Model teori adalah teori yang di definisikan sebagai
keterhubungan yang longgar antara sejumlah asumsi, konsep, dan preposisi yang
membentuk pandangan ilmuan tentang dunia. Model teori banyak digunakan
sebagai pendekatan dalam melihat, mengembangkan dan memecahkan berbagai persoalan.
Contohnya teori fungsional, teori konflik, teori evolusi, dan lain-lainnya.
c. Teori formal dan menengah didefinisikan sebagai
preposisi yang berhubungan yang dikembangkan untuk menjelaskan beberapa
kelompok tingkah laku manusia yang
abstrak. Teori formal masih dekat dengan generalisasi yang masih teterkaitan
dengan data empiris masih kuat.
d.
Teori substantif
yaitu teori yang paling rendah tingkatan abtraksi dan dan sangat terbatas dalam keumuman generalisasinya. Teori yang dikembangkan
berisi preposisi atau konsep yang hanya berlaku untuk kelompok populasi,
lingkungan, atau waktu tertentu. Contohnya teori hubungan ras di suatu tempat,
kejahatan remaja, dan lain-lain.
Materi proses adalah materi
kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berkenaan dengan berbagai prosedur, cara kerja,
metode kerja tertentu yang harus dilakukan siswa di dalam proses pembelajaran.
Proses dapat digunakan untuk mengembangkan wawasan, keterampilan, dan berbagai
kemampuan berpikir. Materi proses misalnya cara melihat permasalahan, pemilihan
masalah, operasionalisasi masalah dari yang abstrak menjadi sesuatu yang konkret,
pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah, teknik yang digunakan dalam mengumpulkan
data, cara pengolahan informasi. Materi proses yang bukan dari ilmu-ilmu sosial
tetapi mendukung materi IPS antara lain keterampilan berkomunikasi baik melalui
tulisan maupun melalui alat komunikasi lainnya. Setelah materi pokok di identifikasi berdasarkan fakta, konsep,
generalisasi, teori, dan materi dalam kajian proses selanjutnya materi tersebut
diurutkan (sekuensi) dan ditentukan ruang lingkupnya (scope) berdasarkan
tingkat perkembanga siswa.
Sekuensi materi adalah tata urutan antara pokok
bahasan dengan pokok bahasan lain atau dalam konteks kurikulum, sekuensi
dapat berkenaan dengan tataurutan antara satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya. Penentuan urutan mata pelajaran dapat dibicarakan oleh para
guru melalui tim pengembang KTSP, sedangkan
penentuan urutan pokok bahasan pada satu mata pelajaran dapat
ditentukan oleh guru. Tata urutan materi atau sekuensi
dapat dikelompokkan atasdua pendekatan yaitu pendekatan logis dan pendekatan pedagogis.
Kedua pendekatan itu tidak harus saling bertentangan satu dengan lainnya.
Pendekatan logis adalah pendekatan berdasarkan pemikiran logis suatu
disiplin ilmu, seperti menjelaskan tentang sejarah perjuangan kemerdekaan RI,
maka urutan yang terbaik diurut secara kronologis, misalnya dimulai dari
pendirian organisasi Boedi Utomo, perang kemerdekaan, proklamasi, dan terakhir
menjelaskan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Sekuensi logis dikembangkan
berdasarkan keterhubungan logis antara satu pokok bahasan dengan pokok bahasan
lainnya. Hubungan logis yang dimaksud adalah hubungan mana yang dianggap harus dikuasai
lebih dahulu untuk dapat menguasai materi berikutnya secara lebih baik. Sekuensi
pedagogis adalah urutan yang memperhatikan kondisi siswa dan bukan
berdasarkan urutan yang ada dari disiplin ilmu.
Kriteria pertimbangannya adalah kemudahan, familiarisasi dengan pokok bahasan, serta tingkat abstrak suatu
materi.
Berdasarkan kriteria tersebut,
sekuensi pedagogik sering dimulai dari lingkungan terdekat siswa dan berkembang
ke lingkungan terjauh. Dalam ilmu-ilmu sosial, model ini dinamakan expanding community approach (pendekatan komunitas yang meluas) yang dikemukakan
oleh Paul Hanna (Hasan, 1995; 145). Hanna membuat lingkaran dan menempatkan siswa
sebagai pusat lingkaran. Secara bertahap, siswa diperkenalkan mulai dari
komunitas keluarganya, komunitas sekolah, terangga, kota tempat tinggalnya,
negara bagian (provinsi) region, negara, dan terakhir dunia. Pada lingkaran
tersebut dibagi-bagi lagi berdasarkan segemen-segmen pendidikan, transportasi,
komunikasi, parwisata, dan lain-lain. Dengan model expanding community approach, ruang lingkup atau scope
materi dapat pula ditentukan kedalaman kajiannya. Untuk mengkaji tentang alat
transportasi, misalnya, anak usia dini cukup mengenal alat transportasi yang dimiliki
keluarganya yaitu sepeda miliknya, sepeda motor, dan mobil. Scara bertahap,
pada saat usianya sudah cukup ia dapat memperhatikan jenis kendaraan milik tetangganya dan yang berada di kota kecamatan,
hingga kendaraan yang menghubungkan antara
provinsi (pesawat, kereta api, atau kapal laut).
Arthur K. Ellis (1997), dalam
bukunya yang berjudul: Teaching
and Learning Elementary Social Studies mengajukan model spiral
yaitu berputar ke atas sambil terus melebar atau meluas, hal yang akan
berkembang dari siswa adalah isi, sikap, keterampilan, dan konsep seiring
dengan masalah atau topik bahasan
IPS yang semakin kompleks. Pengembangan materi pembelajaran IPS adalah pengorganisasian materi. Sebagaimana diketahui
bahwa sumber pembelajaran IPS berasal dari ilmu-ilmu sosial, karena itu perlu
organisir. Apakah pokok bahasan disusun berdasarkan materi pokok dari
masing-masing ilmu-ilmu sosial, artinya pokok bahasannya masih menampakkan
karakteristik disipilin ilmu masing-masing atau melebur dan memunculkan tema
pembelajaran tertentu. Dalam rangka mengorganisasi materi pembelajaran IPS ada
empat strategi yaitu terpisah (separated),
korelatif (correlated ), antardisiplin (interdiciplinary), danfusi (integrated).
1.
Pengorganisasian
terpisah
Cara ini merupakan cara yang paling tua, yaitu ilmu-ilmu sosial diajarkan
secara terpisah berdasarkan ciri dan karakteristiknya masing-masing. Dalam
organisasi itu, geografi diajarkan terpisah dari sejarah, ekonomi, antropologi,
sosiologi, dan seterusnya. Keuntungannya, siswa dapat terpusat pada satu
disiplin ilmu dan memudahkan dalam pengembangan tujuan pembelajaran.
Kelemahannya, guru akan terfokus pada materi ajar dan kurang memperhatikan
tingkat perkembangan siswa.
2.
Pengorganisasian
korelatif
Pengorganisasian ini masih menonjolkan ciri dari masing-masing disiplin
ilmu, tetapi mencoba mencari keterkaitan pembahasan antara satu
pokok bahasan dengan pokok bahasan lain. Pengembangan materi dengan cara
ini menuntut guru yang mengampu mata pelajaran ilmu-ilmu sosial (geografi, sejarah,
ekonomi, sosiologi, dan seterusnya) harus kompak. Mereka harus bertemu dan
menyepakati materi yang akan diajarkan di satu minggu pertama, minggu kedua,
dan seterusnya.
3.
Antar disiplin
(interdisciplinary) dan berbagai disiplin (multidisiplinary).
Pendekatan antar disiplin dan atau multi disiplin, keduanya menggunakan
lebih dari satu disiplin ilmu. Perbedaannya, pada pendekatan antar disiplin ada
satu disiplin ilmu yang dijadikan sumber materi utama sedangkan disilin
ilmulainnya dijadikan sebagai sumber yang menambah kedalaman atau keluasan
materi. Sedangkan pendekatan multi disipilin, kedudukan setiap disiplin ilmuitu
sejajar (juxtaposition). Pada pengorganisasian antar disiplin, para guru menetapkan satu mata pelajaran yang akan dijadikan
disiplin utama sedangkan mata pelajaran
lainnya mengikuti, memperluas, dan memperdalam. Misalnya akan membahas tentang
status sosial (disiplin utamanya adalah sosiologi), geografi dapat menjelaskan
tentang ciri masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan. Ekonomi membahas
tentang berbagai jenis kebutuhan manusia seperti kebutuhan primer, sekunder,
dan tertier. Pada saat membahas dapat di singgung tentang status orang kaya
telah mampu membeli barang-barang dari kelompok sekunder dan tertier. Sejarah,
mungkin dapat menjelaskan tentang masa feodalisme yaitu adanya golongan ningrat
dan rakyat biasa.
4.
Pengorganisasian
fusi
Dalam
pengorganisasian fusi, ciri dan
warna disiplin ilmu sudah tidak tampak. Dalam
organisasi semacam ini, orang tidak dapat mengatakan bahwa ini adalah bahasan
geografi, sosiologi, ekonomi, sejarah, antropologi atau ilmu politik. Walaupun
fusi, tetapi tidak melahirkan ilmu baru. Organisasi fusi hanya didasarkan pada
kepentingan anak didik bukan didasarkan kepentingan keilmuan. Materi yang
dijadikan pokok bahasan dikembangkan
dari fenomena sosial yang ada atau
memilih salah satu konsep, prosedur atau generalisasi tertentu. Guru yang
mengembangkan materi IPS harus bersedia untuk tidak menonjolkan dirinya
dalam topik pembahasan itu. Misalnya dalam membahas status sosial, tidak lagi
nampak sosiologi, sejarah, geografi, atau ekonomi. Status Sosial dibahas dapat
dibahas tentang pengertian, status sosial dimasyarakat, simbol-simbol dalam
mempertahankan status sosial, perjuangan orang dalam meraih status di masa
penjajahan, di era kemerdekaan, dan di era global saat ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengorganisasian
Pembelajaran adalah suatu konsep dimana organisasi dianggap mampu untuk terus
menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self learning) sehingga
organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon
beragam perubahan yang muncul.
Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip: berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya, beragam dan
terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
relevan dengan kebtuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar
sepanjang hari, seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Dalam
pelaksanaan kurikulum disetiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kurikulum dilaksanakan pada potensi,
perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna
bagi dirinya,
2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar
belajar,
3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan
potensi.
4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan
peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka,
dan hangat, dengan prinsip Tut Wuri
Handayani, Ing Madya Mangun Karsa,
Ing Ngarsa Sung Tulada.
5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia.
6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi
alam, soail, dan budaya serta kekayaan daerah.
7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi
mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri.
Dalam
kurikulum SD/Mi memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memerhatikan Standar
Proses dan Standar Penilaian.
Terlihat perbedaan yang sangat menonjol dimana kurikulum
KTSP menitikberatkan pada pengembangan kompetensi dimensi kognitif
sedangkan kurikulum 2013 menitikberatkan pada pembentukan karakter siswa,
maka sistem penyajian mata pelajaran pada kurikulum 2013 secara integratif,
sehinggga semua jenis pelajaran diintegrasikan dengan
nilai-nilai moral agama, sosial dan pengetahuan.
Materi pembelajaran IPS di sekolah bersumber dari ilmu-ilmu sosial, dikembangkan
dalam desain kurikulum tertentu yang akan dipelajari oleh siswa. Materi
kurikulum yang dikembangkan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dipilih berdasarkan
keterkaitannya dengan tujuan yang akan dicapai. Semakin kuat keterkaitannya
semakin besar kemungkinan materi tersebut akan dipilih sebagai materi
kurikulum.
Menurut Hasan (1995: 124), setiap kali orang berbicara mengenai kurikulum
maka yang dimaksud adalah hal yang
berhubungan dengan pokok-pokok bahasan yang berisikan pandangan, tema, fenomena, fakta, konsep,
generalisasi, dan teori. Goetz dan LeCompte (dalam Hasan, 1995; 126) membagi teori atas empat jenis
yaitu: grand theory (teori besar), theoriticalmodels (model
teoritis), formal and middle-range theory (teori formal dan tingkat menengah),
substantive theory (teori substantif).
Materi proses adalah
materi kurikulum ilmu-ilmu sosial yang berkenaan dengan berbagai prosedur, cara
kerja, metode kerja tertentu yang harus dilakukan siswa di dalam proses
pembelajaran. Sekuensi materi adalah tata
urutan antara pokok bahasan dengan pokok bahasan lain atau dalam konteks kurikulum,
sekuensi dapat berkenaan dengan tataurutan antara satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lainnya. Dan pendekatan logis adalah pendekatan berdasarkan
pemikiran logis suatu disiplin ilmu.
Dalam rangka mengorganisasi materi pembelajaran IPS ada empat strategi
yaitu terpisah (separated), korelatif
(correlated ), antardisiplin (interdiciplinary), danfusi (integrated).
DAFTAR PUSTAKA
0 comments:
Post a Comment