Saturday, May 28, 2016

Observasi Pada Anak Usia 8 Bulan dan Pendidikan Sebagai Budaya Manusia



MATA KULIAH PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

Observasi Pada Anak Umur 8 Bulan
Oleh :
                                                Nama                          : Tika Triyana
                                                NIM                            : 150210204030
                                                Fakultas/Prodi          : FKIP / PGSD
Dilakukan pada,
Hari                 : Jumat, 04 September 2015
Pukul               : 09.00 WIB
Durasi              : 20 Menit
Nama bayi       : Rafisqy Alzaidan Aditya
Jenis kelamin   : Laki-laki

            Dalam 20 menit, saya melihat perkembangan bayi Rafisqy Alzaidan Aditya sangat lincah. Di umur 8 bulan ini, dia telah bisa merangkak dengan cepat dan masih belajar duduk sendiri. Ketika diberi mainan di depannya, dengan cepat ia merangkak mengambil mainan tersebut dan menggigit mainan itu. Apa pun yang ada pada tangannya, ia selalu ingin memakannya. Apabila yang ada pada tangannya itu diambil, ia akan menangis dan jika diberi dengan cepat ia berhenti menangis.
            Selain itu, ia bisa membedakan suara ibu dan suara orang lain. Saat digendong neneknya, dan ibunya datang ia langsung menangis ingin digendong dengan ibunya. Setelah berada pada gendongan ibunya, ia langsung merangkul dan meletakkan kepalanya diatas bahu ibunya dan berhenti menangis. Ketika orang lain ingin mengambilnya, ia tidak melepaskan rangkulannya dari ibunya. Apabila diberikan kepada orang lain, ia menangis lagi. Akhirnya, ia dinaikkan ke baby walker atau kereta bayi. Ia sangat senang dan kakinya sangat lincah. Ia mengejar apa yang dilihatnya menarik. Saat itu ia mengejar sebuah tali yang tergantung. Karena tidak bisa meraihnya, ia langsung berteriak dan meninggalkan tali itu. Kemudian saat ibunya melambaikan tanggannya, ia langsung menghampiri ibunya dan mengangkat tanggannya.
            Di usia 8 bulan ini, ia juga belajar mengikuti dan merespon kata-kata yang diucapkan orang lain. Ketika namanya dipanggil, ia langsung mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Kemudian ia mengeluarkan suara “aaaa bababa aaa” sambil tersenyum. Ketika diberi sesuatu ia langsung mengambilnya dengan tangan yang lebih dekat dengan objek. Saat diberi boneka di dekat tangan kanan, ia mengambil dengan tangan kanan, ketika ia diberi boneka di dekat tangan kiri, ia mengambil dengan tangan kiri.
              Di usianya, otot tangan dan kakinya mulai kuat. Terbukti saat ia merangkak ke arah meja kemudian mengangkat tangannya dan memegang meja setelah itu mengangkat badannya untuk berdiri. Setelah berdiri ia memukul-mukul meja tersebut dengan keras sambil berteriak dan tertawa. Ketika ada botol di atas meja itu, ia berusaha mengambilnya dan setelah mendapatkannya ia langsung melempar botol tersebut. Namun, saat berdiri ia belum bisa kembali ke posisi awalnya seperti merangkak. Sehingga, ia langsung menjatuhkan dirinya ke lantai dengan perlahan-lahan tanpa menangis.  

“ Pendidikan adalah Budaya Manusia”
            Pendidikan adalah proses yang dilakukan seumur hidup (life-long) yang dimulai dari seseorang lahir hingga kematiannya, yang membuat seseorang bersemangat dalam mewujudkan warga negara yang ideal dan mengajarkannya bagaimana cara memimpin dan mematuhi yang benar. Sedangkan budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. 
            Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lainnya. Tujuan pendidikan pun adalah melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya pendidikanlah kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke generasi selanjutnya.
Pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari ruang lingkup kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil perolehan manusia selama menjalin interaksi kehidupan baik dengan lingkungan fisik maupun non fisik. Hasil perolehan tersebut berguna untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Proses hubungan antar manusia dengan lingkungan luarnya telah mengkisahkan suatu rangkaian pembelajaran secara alamiah. Pada akhirnya proses tersebut mampu melahirkan cipta, rasa, dan karsa manusia. Dengan cipta manusia mengembangkan kemampuan alam pikir yang menimbulkan ilmu pengetahuan. Dengan rasa manusia menggunakan panca inderanya yang menimbulkan karya-karya seni atau kesenian. Dengan karsa manusia menghendaki kesempurnaan hidup, kemuliaan dan kebahagiaan sehingga berkembanglah kehidupan beragama dan kesusilaan.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yakni nilai-nilai. Dalam konteks kebudayaan justru pendidikan memainkan peranan sebagai agen pengajaran nilai-nilai budaya. Karena pada dasarnya pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Contoh dari nilai-nilai tersebut adalah nilai kejujuran, nilai patriotisme, nilai harmonis atau kerja sama, dan nilai persaingan.
Oleh karena itu kebudayaan diturunkan kepada generasi penerusnya lewat proses belajar tentang tata cara bertingkah laku. Sehingga secara wujudnya, substansi kebudayaan itu telah mendarah daging dalam kepribadian anggota-anggotanya. Contohnya, kita sebagai pendidik harus memberikan contoh dan tauladan yang baik terhadap peserta didik kita. Seperti memberi tindakan nyata tentang praktik kejujuran, sehingga mereka mampu mencontoh dan merealisasikan nilai-nilai kejujuran yang baik dan benar tersebut di dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam mengerjakan ujian, mereka senantiasa akan bertindak jujur dalam mengerjakan ujian tersebut dan berusaha dengan usahanya sendiri tanpa perlu menoleh untuk meminta jawaban kepada teman yang ada di dekatnya. Secara tidak langsung, sikap percaya diri akan timbul dalam dirinya.
Contoh lainnya adalah berbagai macam tingkah laku atau kegiatan yang mengacu pada nilai kesopanan dan kebaikan, baik terhadap guru, karyawan maupun teman, mengikuti upacara dengan tertib. MenajAdi anggota OSIS, menjaga nama baik sekolah, menjadi team olah raga, menghidnari tawuran pelajar, menjaga kebersihan dan ketertiban sekolah dan lain sebagainya





0 comments:

Post a Comment